Kata -->

Advertisement

Kata

Admin
Minggu, 17 Juni 2018

Ilustrasi 
"Malulah kepada Allah dengan malu yang sebenar-benarnya," sabda Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. "Ya Nabi Allah, sebenarnya kami sudah malu karena Allah, alhamdulillah," jawab para sahabat yang mendengar kala itu.

"Bukan demikian yang aku maksudkan," kata Rasulullah lagi. "Orang-orang yang malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu hendaklah memelihara kepala dan kesadaran. Memelihara perut dan seluruh isinya, dan selalu ingat mati serta cobaan dari-Nya." Rasulullah berhenti sebentar, menatap satu persatu mata para sahabat di depannya. "Orang yang menghendaki akhirat niscaya akan meninggalkan kemewahan dunia. Nah, barang siapa yang telah melakukan hal tersebut, barulah tepat jika ia disebut sebagai orang yang malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya." Apalagi kemewahan yang bukan untuk ketaatan kepada-Nya.

Sabda yang cukup singkat tapi berat dan mantap. Petunjuk praktis dalam hidup. Begitulah Rasulullah, tak pernah panjang kata dan berlama-lama. Tak ada pemimpin seperti Beliau SAW. Hampir semua pimpinan dunia yang kita ketahui sejarahnya, seluruhnya adalah orang-orang dengan kemampuan berbicara yang luar biasa. Tapi tak semua yang dikatakannya benar, selain janji-janji manis yang banyak mereka langgar sendiri. Rasulullah adalah orang yang benar-benar irit dan sangat manfaat waktu, ucapan serta kata-kata. "Mulutmu harimaumu," demikian sabda Beliau SAW yang lain. Kalau zaman now mungkin jempolmu harimaumu. Semkain banyak berucap semakin besar kemungkinan kesalahan yang terbuat. Kalau kita mau sedikit berpayah-payah meneliti, coba cari adakah sabda Rasulullah SAW sepanjang materi pidato seluruh pimpinan dunia yang pernah ada. InsyaAllah tak pernah ada.

Setiap patah kata Rasulullah tak pernah menjadi kata yang sia-sia. Jika bukan nasihat, pastilah penjelasan dan tafsiran Al-Qur'an. Tak pernah janji-janji akan kekuasaan, tak pernah omong kosong lelucon yang tak berarti. Semoga kita, secara perlahan dapat meneladaninya baik sifat maupun sikapnya. Meski kita bukan nabi, kita bukan ulama. Rasulullah adalah manusia biasa yang ummi, keistimewaannya, atau bedanya dengan kita? Untuk Beliau SAW adalah, seluruh isi Al-Qur'an dimasukkan oleh Allah SWT lewat Jibril kepada dada Beliau SAW. 

Sedang kita tak manusia banyak dosa tak bisa mendapat keistimewaan yang luar biasa (keajaiban-red), selain kita wajib belajar sungguh-sungguh dengan mengerahkan segala daya upaya dan menggali seluruh potensi dalam diri ini demi menggapai puncaknya hikmah, yakni hidup penuh ketaatan kepada Allah SWT yang dicontohkan Rasulullah SAW dan juga berbuat baik kepada semua makhluk. Wallahu a'lam bish-shawab.*