Ikhlas & Mengikuti Sunnah -->

Advertisement

Ikhlas & Mengikuti Sunnah

Admin
Senin, 25 Juni 2018

Ilustrasi 
Allah SWT berfirman: "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya." (QS. Al-Mulk: 2). Al-Fudhail bin Iyadh menyatakan: "Maksudnya adalah paling ikhlas dan paling benar."

Mereka bertanya: "Hai Abu Ali, apa itu yang paling ikhlas dan paling benar?" Ia menjawab: "Sesungguhnya apabila amal itu ikhlas, tetapi tidak benar maka amal itu tidak akan diterima. Dan apabila amal itu benar, tetapi tidak ikhlas juga tidak akan diterima. Sampai amal itu dilaksanakan secara ikhlas dan benar. Ikhlas artinya hanya karena Allah. Dan benar artinya sesuai dengan Sunnah."
Kemudian ia membaca firman Allah SWT: "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi: 110).

Dan Allah SWT berfirman: "Dan siapakah yang paling baik agamanya daripada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah dan dia pun berbuat baik." (QS. An-Nisa': 125) Menyerahkan diri berarti menyerahkan niat dan amalnya kepada Allah SWT. Sedangkan berbuat baik itu artinya mengikuti Rasulullah dan Sunnahnya SAW. Allah SWT berfirman: "Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu debu yang berterbangan." (QS. Al-Furqaan: 23) 

Itulah amal yang tidak sesuai dengan Sunnah atau yang ditujukan kepada selain Allah. Jadi harus memurnikan ikhlas dan merealisasikan mubtaba'ah. Hal ini bisa dengan rajin menuntut ilmu, beramal dengan ikhlas. Pembaca JCS, memang seseorang tidak bisa lepas dari godaan setan kecuali dengan ikhlas, karena Allah SWT berfirman mengisahkan sumpah setan: Illaa 'ibadaka minhumul mukhlishiina: Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka. (QS. Al-Hijr: 40).

Diriwayatkan bahwa seorang shalih pernah berkata: "Ikhlaslah maka kamu akan bebas." Setiap keuntungan duniawi yang disukai jiwa dan diminati hati-sedikit maupun banyak-dapat merusak kejernihannya dan melenyapkan keikhlasannya. Sementara manusia selalu terkait dengan kepentingan dan tenggelam di dalam kesenangannya. Jarang sekali perbuatan dan ibadah yang dilakukan oleh manusia dapat steril dari kepentingan dan keuntungan jangka pendek semacam itu. 

Ada ungkapan, "Sungguh beruntung orang yang memiliki satu langkah benar yang tidak ada maksud lain selain mencari ridha Allah. Jadi, ikhlas adalah membersihkan hati dari segala macam kotoran, sedikit maupun banyak. Sehingga yang ada di dalamnya hanyalah taqarrub (mendekat kepada Allah). Tidak ada motif lain selain itu. Sedang setan selalu mengepung manusia dan merusak setiap amal perbuatannya.

Nyaris tak ada satupun amal perbuatannya yang benar-benar bersih, ikhlas. Jika ada satu amal perbuatannya yang benar-benar bersih niscaya orang itu akan selamat berkat satu amal tersebut. Imam Sahal pernah bertanya: "Apakah sesuatu yang paling berat bagi nafsu? Ia menjawab: "Ikhlas. Karena nafsu tidak punya bagian sedikitpun di dalamnya. Wallahu a'lam bish-shawab. Shalallahu 'alaihi wa sallam. Subhanakal lahumma wa bihamdika...*