Sikap Unik & Menawan -->

Advertisement

Sikap Unik & Menawan

Admin
Minggu, 20 Mei 2018

Ilustrasi 
Kami mencoba menyimpulkan sebuah buka karya Sayyid Quth, yang berdujul 'Petunjuk Jalan'. Inti dalam buku ini mengupas tentang generasi pertama Islam. Katanya, para sahabat Rasulullah SAW adalah generasi Qur'ani yang unik dan menawan. 

Mengapa unik dan menawan? Itu semua karena sikap para sahabat pada perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW. Baik yang berbentuk wahyu, ayat-ayat Al-Qur'an dan Sunnah, tentu saja harus menjadi sebuah sandaran paling hakiki dari semua ilmu pengetahuan. Tidak saja menjadi sandaran dan sumber, tapi sekaligus menjadi perintah dan orientasi kehidupan.

Madinah suatu ketika pernah banjir khamar alias minuman yang dilarang di penjuru kotanya. Itu semua terjadi, hanya dalam waktu tak sampai sehari penuh setelah ayat larangan khamar diturunkan. Semua simpanan dan persediaan (stok-red), semua kesenangan dan selera pada minuman yang memabukan itu, seketika musnah dengan sikap tunduk dan patuh. Sami'na wa atha'na. Kami mendengar dan kami taat. Begitu juga para sahabat dan penduduk perempuan, kala itu.

Ketika ayat untuk menutup aurat turun, hari masig berasa masa dhuha. Tapi ketika senda datang, tak satu pun perempuan yang masih membuka auratnya. Ketaatan memenuhi perintah. Dan sikap seperti itu pula yang menjadikan generasi unik dan menawan. Sikap itu pula yang mengantarkan generasi awal itu sebagai generasi emas (generasi pilihan-red). Mereka unggul dalam ilmu. Mereka paling depan soal amal. Mereka paling luhur dalam akhlak dan kebajikan. Tujuan ilmu, sama sekali bukan hanya tentang kenikmatan intelektual. Tujuan ilmu, bukan pula mencari puncak pencapaian. Tapi, untuk memperbaiki kualitas hidup diri pribadi, keluarga dan kemudian baru kepada orang lain; memperbaiki amal dan menjernihkan pandangan, serta arah kehidupan. Ilmu pun, bukan pula kebenaran yang bersifat mutlak, tak berubah, apalagi kekal. Kebenaran ilmu pengetahuan jauh berada di bawah kebenaran hakikat, kalamullah, firman Tuhan. Nabi Ibrahim a.s telah membuktikannya. Secara ilmu, tentu api terasa panas, tidak dingin.

Kemudian Nabi Sualiman a.s yang mampu berbicara dengan semut. Selain itu, ilmu dan karunia Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Sulaiman, maka dengan mukjizat itu beliau mampu berkomunikasi dengan burung hud-hud, juga menyulap ratu Bilqis yang di kisahkan dalam Al-Qur'an surah An-Naml ayat 18-19. Jadi ketika Allah SWT menghendaki, apapun bisa mungkin. 

Nah, orang-orang yang mengajarkan ilmu, ilmu untuk kepuasan berpikir, senang berdebat, untuk menjadi gagah dan bangga, seperti berjalan dalam labirin pekat yang membuat celaka. Sikap kita pada ilmu, tentu akan menentukan segalanya. Karena sebaik-baiknya sikap, tentu saja sikap yang mampu mengubah ilmu menjadi kekuatan yang menyelamatka kita, di dunia maupun di akhirat. Wallahu a'lam bish-shawab.*