Baik -->

Advertisement

Baik

Admin
Jumat, 04 Mei 2018

Ilustrasi 
Berpuluh-puluh tahun, para filsuf khususnya dari cabang ilmu filsafat analitas bahasa beradu argumen tentang kata yang satu ini. Baik! Mereka mendefinisikan apa arti baik. Mereka berkali-kali mencoba mendefinisikan, apakah perbuatan baik itu? Nah, hingga kini, belum di satu titik pun mereka bertemu. Kaum hedonis, memberi arti kata baik adalah segala hal yang menyenangkan. Segala sesuatu yang menyenangkan. Kelompok revivalis menyebutkan, segala hal yang baik selalu bersifat baru. 

Dan yang lama, tentu sudah kadaluwarsa. Lalu ada pula yang menganggap baik itu berarti banyak, luas, tinggi dan lain sebagainya. Salah satu menjadi pendapat mayoritas adalah pendapat kaum agamawan. Mereka menyebutkan, baik atau perbuatan baik itu adalah segala sesuatu yang mengacu pada kehendak Tuhan. Baik, bagi golongan ini adalah segala sesuatu yang bersifat dan berorientasi pada balasan spiritual serta Ilahiyah. Tapi perbuatan apa yang dimaksud Tuhan dengan kebaikan?.

Apakah kebaikan bersifat permanen dan tidak berubah? Apakah kebaikan selalu standar pada waktu dan di tempat yang berbeda?

Tak pernah ada jawaban yang satu tentang hal itu. Kebaikan ternyata tak pernah bisa diterjemah. Karena memang kebaikan tak terdiri dari bagian-bagian atau lapisan-lapisan yang bisa dipilih satu persatu dan dikuliti lembar demi lembar. Kebaikan tak pernah bisa didefinisikan karena memang ia tak diam, selalu berubah, memiliki banyak komposisi dan pola tersendiri.

Satu perbuatan baik, di tempat dan waktu yang berbeda, bisa berarti sama sekali tidak baik. Begitu juga sebaliknya. Karena itu Allah SWT merumuskan dengan begitu cemerlang untuk kita dalam Al-Qur'an tentang hal ini. "Diwajibkan atas kamu berperang. Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik untukmu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk untukmu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah ayat 216).

Meski ayat di atas bicara tentang perang, sesungguhnya, apa yang dijabarkan Allah SWT adalah sifat umum manusia, yang selalu berada dalam posisi tarik menarik. Tentu saja hanya Allah SWT yang tahu segala kebaikan mutlak dan semua keburukan absolut.

Tugas kita adalah, selalu berhati-hati dan tak henti mentadaburi. Mana yang menyenangkan dan mana yang berarti kebaikan. Mana kebencian dan mana keburukan. Sebab, banyak manusia yang diujung umurnya terjerembab karena hal-hal yang ia sangka sebagai kebaikan karena ia menyenangkan, padahal ia sedang berkutat dengan keburukan. Wallahu a'lam. InsyaAlloh, sajian terbaik, untuk hidup lebih baik.*