Pengajian Tersiksa Oleh Lampu PLN -->

Advertisement

Pengajian Tersiksa Oleh Lampu PLN

Admin
Minggu, 08 April 2018

Isra Miraj 
JCS -  Dalam peringatan di'israkan dan dimirajkannya Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam, di Masjid jami Alhidayah Cikananga, Desa Sindangsari Kec. Leles luar biasa. Pasalnya, Sabtu malam (7/4/2018), listrik mati, hujan, jalan agak becek tapi tidak menyurutkan niat langkah mustami yang hendak tolabul ilmi. Terlihat kehadiran mustami kaum pria yang duduk melingkar di dalam masjid. Sebelah utara masjid ada madrasah dipenuhi kaum perempuan. 

Di luar masjid pun tak kalah banyak, mulai dekat lawang pintu masjid, mimbar podium, teras dan di atas halaman masjid dipasang terpal, depan masjid disediakan meja dan kursi, hingga samping selatan masjid dekat diposisikannya sebuah bedug dan kohkol, serta semua tempat yang dianggap aman dari cipratan air diisi penuh oleh hadirin. Tamu-tamu tetangga kampung dan desa juga hadir, tak ketinggalan Kades Sindangsari terpilih, H Endang Mulyadi (Hasan) dan rombongan, juga aparatur desa, tumplek bersama warga dalam peringatan 'Isra Mi'raj Nabi SAW.

Sebelum acara dimulai, ba'da 'Isya, diawali suguhan shalawatan dan penampilan marawis atau kosidahan rombongan dari putri-putri asuhan Ustad Hamzah dan A Ustad Wafik (Keluarga besar Ponpes Darul Qiro'at, A Haji Maman-red) Patok Beusi, Jatisari, Sindangbarang.

Penulis JCS menggambarkan dalam acara keagamaan itu penuh ujian. Karena malam itu hujan, lampu listrik nyala mati nyala mati kaya lampu disko, hingga acara berakhir pun lampu listrik PLN itu bamblas mati lewati malam hari. Meski tersiksa oleh lampu PLN, namun bagi pelanggan listrik Cianjur selatan, khususnya bagi panitia dan hadirin dalam pengajian itu sepertinya sudah tidak aneh lagi mengingat listrik mati bukan saja saat hujan tapi ketika cuaca panas pun listrik sering mati. Maka tak heran, jika ada suatu acara dilangsungkan jarang dihadiri orang-orang PLN karena mungkin petugas PLN malu sama warga pelanggannya.

Nampaknya memang bahwa ujian semacam ini sudah diantisipasi oleh jajaran panitia pengajian, agar acara tetap berjalan mulus dan khidmat. Di tempat pengajian lampu tetap 'ca'ang'. Hendra Sound Sistem tetap menggelgar karena sumber setrum berasal dari desel yang diengkol.

Seiring rangkaian acara, mumablig tunggal, Ustad Wafik, tampil mengisi siraman rohani kepada mustami. Suasana yang cukup khidmat, Wafik mengajak mustami untuk mengenang pelajaran dalam perjalanan malam Nabi Muhammad SAW, Isra Mi'raj, yaitu perintah shalat lima waktu yang dijemput Nabi SAW dari Allah SWT, untuk umat Muhammad SAW. Menurut Wafik, karena menegakkan shalat dan sabar adalah kekuatan utama bersandar dan berpegang teguh pada keyakinan iman. Allah satu-satunya kekuatan, tempat manusia bersandar dan mengandalkan. Tidak yang lain. Sejarah berat bagi Nabi SAW, Allah SWT memberikan satu hiburan yang teramat manis bagi sang Nabi. Sebuah perjalanan di saat malam, dengan kecepatan melebihi cahaya dan suara, melintas bumi menembus langit, menghadap sendiri pada Sang Khalik.

Ustad Wafik menceritakan peristiwa, ketika akal ditantang iman. Sebuah sejarah mencatat, betapa panjang nalar digelar, di depan iman seharusnya ia berkata benar. Lewati berbagai peristiwa, Allah SWT menyeru pada manusia, bahwa iman adalah kekuatan yang dahsyat yang mampu mengantarkan manusia pada kemenangan. Ia mengingatkan sejarah prasati atas kemenangan iman itu, hingga saat ini masih berdiri kokoh di negeri yang bermandikan darah syuhada, Palestina. Sebuah prasasti berbentuk masjid, bernama al-Aqsha. Tapi sejarah kerap silap. Keagungan kisah prasasti mulia ini membuat orang sering salah menyematkan nama al-Aqha pada masjid yang berkubah emas nan megah. Seolah'kolah sudah sepantasnya kisah agung dibingkai dalam bangunan yang agung pula, berkubah emas dengan pilar megah.

Padahal, Masjidil Aqsha adalah masjid dengan kubah abu-abu nyaris kusam di samping Masjid Umar yang berkubah dengan warna emas berpendaran. Sebuah masjid yang juga menjadi saksi tentang betapa kusamnya sejarah kemanusiaan di tanah itu. Saksi bisu yang kelak di depan Allah akan menceritakan, bagai mana perilaku bangsa orang-orang zalim pada manusia selain mereka. "Kita perinagatn perjalanan malam, Isra' Mi'rah, seharysnya kita juga mengingat banyak pelajaran. Kita wajib menuntut ilmu, tidak santri, tidak ajengan, semua harus terus belajar ngaji dan amal. Umat Islam harus bersatu," seru Wafik dengan lantang. Dizaman ini papar Wafik, menyampaikan hukum Allah tidak boleh ada yang ditutup-tutupi karena Nabi SAW pun penyampaikan dengan cinta dan kasian untuk keselamatan. Karena Islam adalah penyelamat. Meski, orang-orang musyrik, zalim kian mencemooh. "Kita harus bersatu dalam kebenaran," terangnya.

Kembali inti Isra' Mi'raj, Wafik memaparkan, dalam sebuah perjalanan yang teramat singkat karena hanya terjadi dalam malam, tapi sekaligus menjadi perjalanan yang teramat panjang, karena seluruh hikmah terbuka dan perintah paling dahsyat untuk menegakkan shalat diturunkan. "Itulah perjalanan malam, Isra Mi'raj," akhiri Wafik. Berakhirnya acara malam, mustami pun kembali pulang dengan tertib menuju rumahnya masing-masing dengan selamat. (Tas).