Kengerian -->

Advertisement

Kengerian

Admin
Minggu, 15 April 2018

Ilustrasi / dobrenoviny.sk
Pembaca JCS, tulisan tentang kengerian, pengalaman, atau fenomena yang terjadi. Nah, kali ini saya mencoba kaitkan dengan pengetahuan geografi. Kita dapat berkaca pada pengalaman diri kita. Sesungguhnya, apa yang kita alami sebagai keindahan hari ini adalah hasil kengerian-kengerian yang terjadi di masa lalu. Apa yang kita rasakan sebagai keanggunan sekarang ini, sebagian besar adalah kengerian yang terjadi di masa silam. Air terjun Niagara, manusia mencatatnya sebagai satu di antara keajaiban dunia. Ribuan pengunjung dari berbagai penjuru dunia mendatangi dan mengaguminya setiap hari. Hampir tanpa pernah memikirkan, bagaimana air terjun ini bermula. Air terjun Niagara adalah hasil dari kengerian masa silam. Permukaan bumi yang terangkat dengan drastis dan lebih tinggi dari permukaan lainnya dengan begitu cepatnya. Bayangkan jika kita ada dan menyaksikan peristiwa itu terjadi. Begitu juga dengan Grand Canyon, jurang dalam memanjang yang selalu mengundang decak kagum dan gelengan kepala. Kelokan jurang tampak begitu indah.

Palung-palungnya terasa begitu luar biasa pamandangannya. Padahal di masa silam, ini adalah bumi yang terbelah dua, tanah yang merekah dengan dahsyatnya. Tak berbeda dengan Lembah Soanok di Bukittinggi yang menawan hati. Atau gurun pasir yang mengitari Gunung Bromo. Juga pulau-pulau kecil yang menakjubkan, yang membentang dari Barat sampai Timur mengililingi Negeri ini. Semuanya hasil kengerian masa silam. Bagaimana tidak, kekuatan sedahyat apa yang memisahkan pulau-pulau itu dari tanah tempat mereka sebelumnya bersatu? Ledakan sebesar apa yang membuat gurun pasir mengelilingi Gunung Bromo? Atau getaran seperti apa yang membelah tanah Sianok menjadi lembah? Bahkan kalau kita percaya, seluruh planet bumi ini terbentuk dari kengerian yang luar biasa. Menurut ilmu Astrofisika, gugusan-gugusan yang ada dalam galaksi Bima Sakti ini adalah hasil dari dentuman besar. Ledakan Akbar.

Big Bang. Karena itu pula, kengerian yang terjadi di Aceh, Nabire, Sumenep, Kalimantan dan berbagai daerah lain di Indonesia harus kita maknai dan mengubahnya menjadi keindahan dari depan. Tidak saja secara fisik, tapi juga hati. Tidak saja secara lahir, tapi juga batin. Tidak hanya bangunan-bangunan menjulang, tapi juga akhlak yang meninggi. Kengerian yang terjadi hari ini harus kita sulap menjadi keindahan-keindahan masa datang. Kita harus pula seperti alam yang merawat dan mengubah kengerian menjadi sebuah keajaiban. Mungkin tidak untuk kita, yang hidup hari ini bersama kengerian-kengerian itu. Tapi untuk anak cucu yang akan mengagumi tiada henti. Bagi kita cukuplah sebuah pelajaran, bahwa manusia, sekuat apapun, secantik apapun, bukanlah apa-apa di depan alam. Terlebih di depan Tuhan, Allah SWT. Wallahu a'lam.