Mulut & Jempol -->

Advertisement

Mulut & Jempol

Admin
Kamis, 08 Maret 2018

Ilustrasi
Pernah kita bayangkan, bahwa sejarah kolonialisme berawal dari mulut? Atau sekarang lebih dahsyat. Yaitu jempol? Ya, penjajahan ternyata bermula dari mulut-mulut yang menganga, menadah dan menagih rasa. Begitulah sejarah penjajahan dimulai pada mulanya. Wallahu a'lam. Portugis dan Spanyol, Inggris dan Belanda, berlomba-lomba mengirimkan ekspedisi dan kapal-kapal mereka untuk menemukan, sekaligus menaklukkan tanah-tanah baru di sebrang lautan. Tanah yang kaya oleh rempah. Tanah yang menumbuhkan dan melahirkan rasa. Cengkeh dan pala, lada dan rempah-rempah lain mengundang para peranggi berkulit pucat pasi, yang membawa musket siap menyalak hanya dengan tujuan memuaskan mulut-mulut yang menanti dan haus rasa.

India dan kepulauan Nusantara adalah negeri yang menjanjikan tumbuh-tumbuh kaya rasa. Daerah-daerah itu pula yang membuat Raja Ferdinand dan Ratu Isabel mengirim Colombus, sang petualang untuk melakukan penjajakan. Sauh diangkat, layar berkembang dan perjalanan sang nakhoda pun dimulai.

Dan sampai pula Columbus pada sebuah benua, yang ia sangka adalah India. Untuk pertama kalinya ia bertemu dengan penduduk asli benua itu, dan menyebutnya sebagai Indian. Tapi ternyata Columbus salah besar, yang ia pijak bukan tanah India, tapi Amerika. Tapi toh, sejarah mengubah kisah. Columbus menjadi pahlawan, penemu benua Amerika dan bukanlah si pandir yang tak kenal arah.

Mulut-mulut yang menuntut telah mengantar Columbus ke benua-benua lain untuk ditaklukan. Mulut-mulut yang menuntut pula mengantar para penguasa, para gubernur jenderal Belanda datang dan menjadikan pulau Jawa sebagai provinsi termuda kerajaan. Demi memenuhi keinginan mulut-mulut di sebrang lautan sana, berjuta-juta manusia lain, di sebrang tanah yang lain terjajah, teraniaya dan terampas hak-haknya.

Kini zaman now and jempol, sesungguhnya keadaan tak jauh berbeda. Bahkam kian parah. Mulut dan jempol membuat oknum pejabat tak jeri korupsi. Mulut dan jempol tak sekedar mulut dan jempol.

Tapi itu simbol dari ambisi, keinginan dan hasrat untuk menguasai. Mulut dan jempol menuntut gaya hidup dan hidup gaya. Padahal, tak banyak yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidupnya. Mulut mampu melahirkan ambisi yang besar luar biasa. Begitu juga dengan kemaluan manusia. Meski itu makna dari hadis Rasulullah SAW, agar manusia tidak sengsara di dunia dan akhirat. Justru seakan berlomba memenuhi nafsu mulut, jempol dan kemaluannya. 

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang beruntung. Orang yang mampu mengendalikan dan menjaga mulut, jempol dan kemaluan kita. Wallahu a'lam.***