Guru Itu Satu Hati, Mengapa Meski Berbeda -->

Advertisement

Guru Itu Satu Hati, Mengapa Meski Berbeda

Admin
Senin, 09 Oktober 2017

Ilustrasi (Foto: www.sapujagat.com)

Andaikan saya seorang Menteri Pendidikan akan kuubah sistem pendidikan di negeri ini. Akan kusatukan kembali pendidikan dalam satu wadah bukan menjadi dikotomi pendidikan. Betapa sedihnya melihat pendidikan di negeri ini. Ada menteri pendidikan dasar dan menengah. Ada menteri pendidikan untuk perguruan tinggi. Ada sekolah atau madrasah di bawah naungan Dinas Pendidikan dan ada pula di bawah naungan Kemenag. Ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan ada pula Persatuan Guru Madrasah Republik Indonesia (PGM-RI).

Bahkan saya mendengar ada wadah yang namanya Forum Guru Honor Republik Indonesia (FGHRI). Cukuplah sampai FGHRI. Jangan sampai ada lawan katanya: Forum Guru PNS Republik Indonesia (FGPRI). Dan akhirnya, nanti timbul paradigma ada guru negeri dan ada pula guru swasta. Jangan sampai terkotak-kotak seperti ayam padahal mereka satu spesies.

Mengapa kita meski terkotak-kotak? Kita adalah satu negara. Kita adalah satu pendidikan. Kita memiliki satu tujuan: MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA. Lalu, mengapa harus ada perbedaan?

Sampai kapan semua ini terjadi? Kapan..?

Lalu, mengapa sampai saat ini belum ada lembaga khusus seperti perguruan tinggi yang membidangi Guru Profesional? Guru bukanlah bola yang siap dioper sana dan sini. Mengapa tidak di dirikan SEKOLAH GURU PROFESIONAL (SGP) tiap provinsi yang khusus mengelola, membina, dan mendidik calon-calon guru profesional? Susahkah untuk membuat semua itu?

Kenyataan hari ini merupakan mimpi di masa lalu. Mudah-mudahan impian ini suatu nanti menjadi kenyataan. Ini hanyalah sebagian kecil impian kecil seorang pendidik. Mungkin juga mewakili impian pendidik lainnya yang belum terkedalkan. Sebab seorang pendidik itu memiliki satu jiwa, satu hati, satu tekad, dan satu tujuan, yaitu bagaimana agar bangsa ini (khusus anak didiknya) cerdas, agamis, kreatif dan inovatif.

Penulis: Taufik Hidayat