Budaya Literasi: Tahu Kata Tanpa Makna -->

Advertisement

Budaya Literasi: Tahu Kata Tanpa Makna

Admin
Selasa, 24 Oktober 2017

Budaya Literasi

Kita sering mendengar masyarakat pendidikan selalu mengatakan "literasi", "membudayakan literasi", atau "membuat karya ilmiah berupa literasi". Literasi itu bukan sesuatu yang aneh lagi, akan tetapi tidak ada yang mengetahui apa dan bagaimana bentuknya, terkecuali masyarakat pendidikan di perkotaan yang melek teknologi dan informasi.

Membahas literasi tentu pikiran kita akan terfokus pada literatur. Paradigma seperti ini tidaklah salah, akan tetapi sedikit kurang tepat jika hanya sebatas literatur saja. Paradigma seperti ini juga sama dengan pikiran kita tertuju pada membaca dan buku. Literasi secara harfiah adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca.

Budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berpikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya.

Siapa yang menjadi garda terdepan dalam meningkatkan budaya literasi tersebut? Jawabannya adalah guru. Sekali lagi bahwa literasi tidak sekedar membaca dan menulis saja tetapi lebih kepada upaya meningkatkan kebermaknaan dalam pembelajaran.

Misalkan, salah satu kegiatan sederhana membudayakan literasi dan dapat dirancang oleh guru (Suara Pendidikan, 2016) adalah
  1. Mulailah dengan mengajak siswa mengamati objek (sesuai Kompetensi Dasar) atau membaca teks.
  2. Membuat pertanyaan kritis tentang objek (dilakukan siswa).
  3. Mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan tersebut (informasi dari pengalaman atau pengetahuan siswa).
  4. Menambah sumber utama (tambahan informasi dari fasilitator/guru, surat kabar, internet).
  5. Mengolah informasi yang telah didapat.
  6. Menyusun laporan berdasarkan berbagai informasi yang didapat.
  7. Melaporkan atau mempresentasikan hasilnya.
  8. Memberikan masukan terhadap laporan yang telah dipresentasikan
  9. Merevisi hasil berdasarkan masukan teman atau guru.
  10. Mereview hasil pembelajaran secara individu.
Cara lain untuk menciptakan budaya literasi adalah dengan melakukan pembiasaan membaca. Misalkan, sebelum jam pertama di mulai, siswa dan guru membiasakan diri membaca buku apa saja yang diminati, lebih baik buku pelajaran yang hendak dipelajari. Waktu untuk membaca tergantung dari kebutuhan guru dan siswa. Kemudian, salah satu perwakilan siswa mempresentasikan hasil bacaannya di depan kelas dan siswa lain menanggapinya.

Agar tercapai pembiasaan budaya literasi sebelum mengajar, alangkah lebih baik jika di setiap kelas disediakan perpustakaan mini kelas. Ini lebih baik. Agar menimbulkan gairah membaca buku, lebih baik fasilitator memulai membaca buku dengan buku novel atau komik yang diminati oleh siswa. Semoga saja tulisan pendek dan sederhana ini ada manfaatnya untuk masyarakat pendidikan. Mudah-mudahan pada edisi berikut saya bisa menulis cara-cara untuk mengembangkan dan meningkatkan budaya literasi. Selamat menunggu saja....


Penulis: Taufik Hidayat